TKP nonton dan sinopnis film Salem's Lot: Pulang Kampung Disambut Vampir "
Sinopsis:
Tokoh utamanya adalah Ben Mears (Lewis Pullman), seorang novelis yang kembali ke Salem's Lot setelah kehilangan kedua orang tuanya. Ia kembali ke tempat tersebut rupanya untuk riset bukunya yang terbaru. Begitu sampai di tanah kelahirannya, ia langsung bertemu dengan Susan Norton (Makenzie Leigh) yang langsung merebut hatinya.
Tidak butuh lama bagi kedua karakter ini untuk mencurahkan cinta. Tapi cinta bukan satu-satunya hal yang membuat kedatangan Ben Mears terasa misterius. Tiba-tiba saja kota kecil itu diteror dengan kejadian-kejadian yang tidak bisa dijelaskan.
Seorang anak kecil menghilang ketika senja. Saudaranya yang kemudian tiba-tiba meninggal. Tukang gali kubur yang mendengar suara ketukan dari dalam peti mati. Tinggal menunggu waktu sebelum satu per satu warga Salem's Lot mengetahui bahwa semua orang diteror oleh vampir.
Review:
Tidak ada yang lebih spesial daripada merayakan Halloween dengan adaptasi Stephen King yang baru. Kali ini giliran Salem's Lot yang mendapatkan jatah untuk menyapa penonton baru melalui HBO Go.
Setelah ditunda beberapa kali penanyangannya (diumumkan tahun 2019, disyuting tahun 2021 dan baru hadir tahun ini), Salem's Lot bisa jadi seburuk Borderlands yang kemarin juga merasakan hal yang sama. Tapi ternyata yang satu ini masih menyisakan keseruan.
Kalau kamu familiar dengan karya-karya Stephen King, Salem's Lot jelas mengikuti rumus yang selalu ia gunakan. Setting-nya yang jadul. Gambaran tentang kehidupan anak-anak kecil yang polos. Hidup di pedesaan yang rasanya seperti iklan. Semua ini digunakan dengan baik sebelum penulis dan sutradaranya, Gary Dauberman, merusaknya dengan teror.
Hasilnya cukup efektif meskipun belum bisa dibandingkan dengan jilid pertama IT yang ia tulis. Dengan berbagai macam karakter dan durasi yang lumayan terbatas (113 menit), Salem's Lot jelas keteteran untuk menceritakan semuanya. Jangan dibandingkan dengan miniseri buatan Tobe Hooper.
Tapi setidaknya, Dauberman tahu bagaimana cara menyambungkan semuanya dalam satu kesatuhan. Meskipun rasanya terburu-buru, Salem's Lot cukup bersabar untuk meng-establish dunianya dengan mengenalkan karakter seperti guru Matthew Burke (Bill Camp), Dr. Cody (Alfre Woodward), autoritas setempat (William Sadler sebagai Gillespie) sampai Father Callahan (John Benjamin Hickey).
Bagian paling tidak menarik dalam Salem's Lot justru ketika Dauberman memaksakan penonton untuk melihat kisah cinta karakter utamanya meskipun hal tersebut tidak memberikan apa-apa selain fakta bahwa Ben Mears mempunyai partner untuk bertualang sepanjang durasi.
Sebagai horor, Salem's Lot tidak cukup mempunyai banyak hal yang tidak pernah kita saksikan sebelumnya di film horor atau bahkan dalam adaptasi film Stephen King. Tapi setidaknya Salem's Lot memiliki beberapa sekuens yang cukup menyeramkan. Yang pertama adalah adegan ketika si tukang gali kubur, Mike Ryerson (Spencer Treat Clark), ketiduran saat bekerja dan harus mengubur kliennya saat malam hari.
Yang kedua adalah ketika salah seorang karakter didatangi temannya yang sudah menjadi vampir dan memintanya untuk "bermain" di malam hari. Yang juga spesial dari Salem's Lot adalah bagaimana sinematografer Michael Burgess melukis film ini dengan nuansa jadul yang cukup otentik. Adegan ketika Ralph Glick (Cade Woodward) menghilang terasa angker sekaligus sentimentil pada saat yang bersamaan.
Pemilihan warnanya membuat film ini terasa seperti memori zaman dulu. Salem's Lot mungkin bukan adaptasi Stephen King terbaik. Tapi sebagai tontonan, ia cukup menghibur. Dan sebagai perkenalan dunia Salem's Lot untuk generasi baru, film ini melakukan tugasnya dengan cukup baik.
Comments